JAS PUTIH


Ketika kasasi mempidana profesi Kami tersentak, teriak….KRIMINALISASI!
Sosial media jadi tumpuan kekesalan hati
Galang opini, kami profesi yang punya nurani
Kematian bukanlah kehendak kami
Emboli tak pernah bisa diprediksi
Pidana jangan sampai membatasi langkah kami
DIB, IDI, POGI teriak akan mendampingi  

Kami betul betul marah saat ini
Dulu kami marah dilecehkan Basuki,
Kami geram di hina Ribka si politisi, Diancam bunuh si Ibu Menteri,
Sejuta dua ratus junior terima walupun perih
BPJS terpaksa diamini
Namun kami masih mampu menahan diri  

Tapi, kemarahan sudah keubun ubun saat ini
Kami tak mau lagi dianggap tak punya nurani
Kami tak mau lagi dianggap tak mau mengabdi
Kami tak mau lagi jadi korban ambisi politisi
Kami tak mau lagi jadi korban KRIMINALISASI  

Jangan ajari kami tentang nurani
Nurani dan keluhuran adalah nafas profesi kami
Jangan ajari kami cara mengabdi
Pengabdian sudah jadi bagian pendidikan kami
Jangan jadikan kami korban ambisi politisi,
Kami tak mengenal sekat sekat dalam mengabdi
Jangan kami dikriminalisasi,
Kriminalisasi hanya akan mengebiri keilmuan kami  

Kami tak minta dihormati
Kami tak minta dihargai
Kami cuma minta berikan kami ketenangan menjalankan profesi  

Apapun cara akan kami jalani
Galang opini maupun demonstrasi
Foto profil ganti STOP KRIMINALISASI
Pita hitam ikat dilengan jas putih
Komisi IX pun kami datangi
Sekarang kami cuma Wait and see
Kalau perlu Supresi Masif pun jadi solusi  

Tapi kami sadari Jas kami tak selalu berwarna putih
Kadang dikotori noda noda materi
Kadang dilumuri keangkuhan dan arogansi Kadang disusupi kutu kutu kolusi
Tapi jangan jadikan sebagai stigma kami
Itu bagaikan duri dalam daging kami  

Kami akan PERBAIKI!!!!!!
Akan kami buang noda noda materi
Akan kami lunturkan keangkuhan dan arogansi
Akan kami campakan kutu kutu kolusi
Kami ingin HIPOCRATES bangga pada kami  
( Saya begitu mencintai profesi ini, saya tidak tahu apakah ini juga jadi menjadi keinginan para Sejawat seprofesi, ZUHDI )

Surat Dari Bayang-bayang (Usia 40)


Note ini saya tulis 16 Februari 2010 pukul 17:48, sewaktu saya tepat berumur 40 th ( Ditulis di FB)

Sore Bos,

Selamat ulang tahun ya, hari ini kan bos udah genap 40 tahun. kata orang sih Bos usia 40 tahun itu usia emas dan hidup dimulai diusia 40 maksudnya apa sih Bos??..

Nggak terasa aku juga udah nemenin bos selama 40 tahun, nggak kurang nggak lebih, dan insyaallah aku tetap akan nemenin Bos sterusnya. Bos, ni maaf ya,…bukan menggurui loh,soalnya bos pasti lebih tahu masalah ini, kata orang lagi ni Bos, setelah usia 40 tahun ini penyakit penyakit degeneratif mulai timbul, benar nggak sih Bos?? Seperti penyakit gula, kolesterol tinggi, darah tinggi, penyakit jantung, dan katanya sih Bos itu dipengaruhi oleh pola makanan kita, makanan yang tidak sehat, banyak lemak, manis manis, dan maaf lagi ni Bos (maaf bos kebanyakan maafnya, soalnya aku takut nanti Bos tersinggung)..aku lihat tuh si Bos masih sering makan makanan kayak gitu……kkkkkkk ( pisssss Bos ), mulai hindari total lah Bos, ntar kasian Bos jadi sakit….( kalau bos sakit, aku kan juga sengsara ). Dan kata orang lagi nih Bos, untuk menghindari penyakit penyakit tadi kita harus rajin olah raga, bos kan punya alat olah raga dirumah, tapi kulihat jarang dimanfaatin tuh…apalagi kalau olah raga pagi tuh bos, kena cahaya matahari pagi….diluar rumah, mantap tenan tuh Bos ( soalnya aku kan lebih eksis, aku jadi jauh lebih tinggi dibanding si Bos….hehe) , kalau bisa sampai siang sekalian Bos……

Aku doain ya, supaya Bos tetap sehat selalu, sukses, tambah rejeki,……cuma saya minta satu ni Bos, lampu dirumah tolong wattnya yang agak gede ya, dan Bos kalau tidur jangan matiin lampu, soalnya kalau gak ada lampu aku kan nggak eksis dan hilang dari peredaran, ntar gak ada yang nemenin si Bos lagi….hehehe

Oh ya Bos di ulang tahun Bos ini aku punya hadiah buat Bos………nih dibawah…..dibaca ya Bos…

USIA 40 TAHUN
(Dikutip dari: http://jaen2006.wordpress.com/2007/02/22/usia-40-tahun)

Akar dan orientasi kultur masyarakat Barat adalah materialisme. Mereka menilai dan membuat indikator hidup dari sisi materialistis. Atas dasar ini tidak mengherankan jika mereka mempunyai ungkapan bahwa ‘hidup’ dimulai pada umur 40 tahun. Life begin at 40.Asumsinya adalah pada umur ini, karier telah cukup mapan, pendapatan, serta kekayaan telah mencukupi. Karena itu, sering pula pada usia 40 ini dikaitkan dengan puber kedua, yang membawa pada perselingkuhan. Kemapanan materi membawa godaan, sehingga umur 40 tahun merupakan saat kritis terjadi perceraian dalam rumah tangga.

Islam memberi perhatian kepada umur 40 berbeda secara diametrikal dengan budaya Barat. Umur 40 tahun mendapat perhatian khusus dari Alquran. Dalam Surat Al Ahqaf [46] ayat 15 Allah berfirman:”Kami perintahkan manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandung sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: Ya tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah kau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat beramal shalih yang Engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada-Mu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.

”Dalam surat tersebut setidaknya terdapat empat indikator kemuliaan manusia yang seharusnya menjadi identitas orang yang mencapai umur 40 tahun yaitu bersyukur, beramal shalih, bertaubat, dan berserah diri

Bersyukur kepada Allah atas karunia umur yang mengantarkannya mencapai angka 40. Bersyukur atas kenikmatan hidup yang telah dianugerahkan Allah baik berupa kenikmatan material maupun nikmat anak keturunan (dzuriyat). Bersyukur sesuai hakikat bahwa semuanya karena kehendak yang mengikuti nilai-nilai kebaikan yang dikehendaki Allah dan dicontohkan dalam kehidupan Rasul dan para sahabat.Bertobat disertai kesadaran bahwa manusia mempunyai kalbu yang berbolak-balik antara tarikan kebaikan dan keburukan. Bertobat disertai perenungan dan perhitungan apakah di usia 40 tahun lebih berat kebaikannya atau keburukannya.

Nabi SAW bersabda dalam sebuah hadisnya,”Siapa yang mencapai umur 40 tahun dan dosanya lebih berat dari amal baiknya maka bersiaplah memasuki neraka.”

Berserah diri, merupakan permulaan yang pas untuk menapaki usia 40 tahun. Dengan demikian umur 40 tahun dipandang sebagai pencerahan kejiwaan, gerbang cahaya menuju kehidupan yang lebih mulia.

Di samping itu juga usia 40 tahun berarti jatah usia kita sudah berkurang. Meskipun secara kuantitatif usia kita bertambah. Artinya seandainya jatah usia kita 50 tahun maka, hidup kita tinggal 10 tahun, atau jika jatah usia kita 60 tahun maka, kita tinggal menghitung sendiri, berapa lama kita hidup lagi. Dan seterusnya.Aneh jika sebagian kita merayakan ulang tahun dengan bangga bernyanyi ria “panjang umurnya, panjang umurnya, panjang umurnya serta mulia serta mulia, serta mulia”. Seharusnya kita instrospeksi bahwa, sebenarnya jatah usia kita semakin berkurang dan nilai-nilai kemuliaan harus dijadikan barometer dalam beramal. Wallaahu a’lam.

Tak ada judul


Catatan ini merupakanCopas dari Posting Kkd Nelson Mq di Group LO ( kkd Nelson juga co pas ), mudh2an bermanfaat buat kita semua.

Assalamu’alaikum, wr wb, Note ini dari seorang sahabat..Insya Allah bisa diambil hikmahnya.

Lima tahun yang lalu, Allah telah memanggil orang yang kusayangi, sering aku bertanya-tanya, bagaimana keadaan istriku sekarang di alam surga, baik-baik sajakah? Dia pasti sangat sedih karena sudah meninggalkan sorang suami yang tidak mampu mengurus rumah dan seorang anak yang masih begitu kecil. Begitulah yang kurasakan, karena selama ini aku merasa bahwa aku telah gagal, tidak bisa memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani anakku, dan gagal untuk menjadi ayah dan ibu untuk anakku. 

Pada suatu hari, ada urusan penting di tempat kerja, aku harus segera berangkat ke kantor, anakku masih tertidur. Oohhh… aku harus menyediakan makan untuknya. Karena masih ada sisa nasi, jadi aku menggoreng telur untuk dia makan. Setelah memberitahu anakku yang masih mengantuk, kemudian aku bergegas berangkat ke tempat kerja. Peran ganda yang kujalani, membuat energiku benar-benar terkuras. Suatu hari ketika aku pulang kerja aku merasa sangat lelah, setelah bekerja sepanjang hari. Hanya sekilas aku memeluk dan mencium anakku, aku langsung masuk ke kamar tidur, dan melewatkan makan malam. Namun, ketika aku merebahkan badan ke tempat tidur dengan maksud untuk tidur sejenak menghilangkan kepenatan, tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang pecah dan tumpah seperti cairan hangat! Aku membuka selimut dan….. di sanalah sumber
‘masalah’nya … sebuah mangkuk yang pecah dengan mie instan yang berantakan di seprai dan selimut! Ya Allah..! Aku begitu marah, aku mengambil gantungan pakaian, dan langsung menghujani anakku yang sedang gembira bermain dengan mainannya, dengan pukulan-pukulan! Dia hanya menangis, sedikitpun tidak meminta belas kasihan, dia hanya memberi penjelasan singkat: “Ayah, tadi aku merasa lapar dan tidak ada lagi sisa nasi. Tapi ayah belum pulang, jadi aku ingin memasak mie instan. Aku ingat, ayah pernah mengatakan untuk tidak menyentuh atau menggunakan kompor gas tanpa ada orang dewasa di sekitar, maka aku menyalakan mesin air minum ini dan menggunakan air panas untuk memasak mie. Satu untuk ayah dan yang satu lagi untuk aku … Karena aku takut mie’nya akan menjadi dingin, jadi aku menyimpannya di bawah selimut supaya tetap hangat sampai ayah pulang. Tapi aku lupa untuk mengingatkan ayah karena aku sedang bermain dengan mainanku … Aku minta maaf Ayah … ” Seketika, air mata mulai mengalir di pipiku … tetapi aku tidak ingin anakku melihat ayahnya menangis, maka aku berlari ke kamar mandi dan menangis dengan menyalakan shower di kamar mandi untuk menutupi suara tangisku.

Setelah beberapa lama, aku hampiri anakku, memeluknya dengan erat dan memberikan obat kepadanya atas luka bekas pukulan dipantatnya, lalu aku membujuknya untuk tidur. Kemudian aku membersihkan kotoran tumpahan mie di tempat tidur. Ketika semuanya sudah selesai dan lewat tengah malam, aku melewati kamar anakku, dan melihat anakku masih menangis, bukan karena rasa sakit di pantatnya, tapi karena dia sedang melihat foto ibu yang dikasihinya. 

Satu tahun berlalu sejak kejadian itu, aku mencoba, dalam periode ini, untuk memusatkan perhatian dengan memberinya kasih sayang seorang ayah dan juga kasih sayang seorang ibu, serta memperhatikan semua kebutuhannya. Tanpa terasa, anakku sudah berumur 6 tahun, dan akan lulus dari Taman Kanak-kanak. Untungnya, insiden yang terjadi tidak meninggalkan kenangan buruk di masa kecilnya dan dia sudah tumbuh dengan bahagia.Namun… belum lama, aku sudah memukul anakku lagi, aku benar-benar menyesal…. Guru Taman Kanak-kanaknya memanggilku dan memberitahukan bahwa anakku absen dari sekolah. Aku pulang kerumah lebih awal dari kantor, aku berharap dia bisa menjelaskan. Tapi ia tidak ada dirumah, aku pergi mencari di sekitar rumah kami, memangil-manggil namanya dan akhirnya menemukan dirinya di sebuah toko alat tulis, sedang bermain komputer game dengan gembira. Aku marah, membawanya pulang dan menghujaninya dengan pukulan-pukulan. Dia diam saja lalu mengatakan, “Aku minta maaf, Ayah”. Selang beberapa lama aku selidiki, ternyata ia absen dari acara “pertunjukan bakat” yang diadakan oleh sekolah, karena yg diundang adalah siswa dengan ibunya. Dan itulah alasan ketidakhadirannya karena ia tidak punya ibu.

Beberapa hari setelah penghukuman dengan pukulan rotan, anakku pulang ke rumah memberitahuku, bahwa disekolahnya mulai diajarkan cara membaca dan menulis. Sejak saat itu, anakku lebih banyak mengurung diri di kamarnya untuk berlatih menulis, yang saya yakin, jika istri saya masih ada dan melihatnya ia akan merasa bangga, tentu saja dia membuat aku bangga juga! 

Waktu berlalu dengan begitu cepat, satu tahun telah lewat. Saat ini musim dingin,dan hari raya Idul Fitri pun telah tiba( kejadian ini waktu mereka di Eropa ), tapi Astaghfirullah, anakku membuat masalah lagi. Ketika aku sedang menyelesaikan pekerjaan di hari-hari terakhir kerja, tiba-tiba petugas kantor pos menelpon, karena pengiriman surat sedang mengalami puncaknya, tukang pos juga sedang sibuk-sibuknya, suasana hati mereka pun jadi kurang bagus. Mereka menelpon aku dengan marah-marah, untuk memberitahu bahwa anakku telah mengirim beberapa surat tanpa alamat. Walaupun aku sudah berjanji untuk tidak pernah memukul anakk lagi, tetapi aku tidak bisa menahan diri untuk tidak memukulnya lagi, karena aku merasa bahwa anak ini sudah benar-benar keterlaluan. Tapi sekali lagi, seperti sebelumnya, dia meminta maaf : “Maaf, Ayah”. Tidak ada tambahan satu kata pun untuk menjelaskan alasannya melakukan itu. Setelah itu aku pergi ke kantor pos untuk mengambil surat-surat tanpa alamat tersebut, lalu pulang. Sesampai di rumah, dengan marah aku mendorong anakku ke sudut mempertanyakan kepadanya, perbuatan konyol apalagi ini? Apa yang ada dikepalanya? Jawabannya, di tengah isak-tangisnya, adalah : “Surat-surat itu untuk ibu…..”. Tiba-tiba mataku berkaca-kaca. …. tapi aku mencoba mengendalikan emosi dan terus bertanya kepadanya: “Tapi kenapa kamu memposkan begitu banyak surat-surat, pada waktu yg sama?” Jawaban anakku itu : “Aku telah menulis surat buat ibu untuk waktu yang lama, tapi setiap kali aku mau menjangkau kotak pos itu, terlalu tinggi bagiku, sehingga aku tidak dapat memposkan surat-suratku. Tapi baru-baru ini, ketika aku kembali ke kotak pos, aku bisa mencapai kotak itu dan aku mengirimkannya sekaligus”. Setelah mendengar penjelasannya ini, aku kehilangan kata-kata, aku bingung, tidak tahu apa yang harus aku lakukan, dan apa yang harus aku katakan…. Aku bilang pada anakku, “Nak, ibu sudah berada di surga, jadi untuk selanjutnya, jika kamu hendak menuliskan sesuatu untuk ibu, cukup dengan membakar surat tersebut maka surat akan sampai kepada ibu. Setelah mendengar hal ini, anakku jadi lebih tenang, dan segera setelah itu, ia bisa tidur dengan nyenyak. Aku berjanji akan membakar surat-surat atas namanya, jadi aku membawa surat-surat tersebut ke luar, tapi…. aku jadi penasaran untuk tidak membuka surat tersebut sebelum mereka berubah menjadi abu. Dan salah satu dari isi surat-suratnya membuat hatiku hancur…… ‘Ibu sayang’, aku sangat merindukanmu! Hari ini, ada sebuah acara ‘Pertunjukan Bakat’ di sekolah, dan mengundang semua ibu untuk hadir di pertunjukan tersebut. Tapi ibu tidak ada, jadi aku tidak ingin menghadirinya juga. Aku tidak memberitahu ayah tentang hal ini karena aku takut ayah akan mulai menangis dan merindukan ibu lagi. Saat itu untuk menyembunyikan kesedihan, aku duduk di depan komputer dan mulai bermain game di salah satu toko. Ayah keliling-keliling mencari aku, setelah menemukanku ayah marah, dan aku hanya bisa diam, ayah memukul aku, tetapi aku tidak menceritakan alasan yang sebenarnya. Ibu, setiap hari aku melihat ayah merindukan ibu, setiap kali ayah teringat pada ibu, ia begitu sedih dan sering bersembunyi dan menangis di kamarnya. Aku pikir kita berdua amat sangat merindukan ibu. Terlalu berat untuk kami berdua, aku rasa. Tapi ibu, aku mulai melupakan wajah ibu. Bisakah ibu muncul dalam mimpiku sehingga aku dapat melihat wajah ibu dan ingat ibu? Temanku bilang jika kau tertidur dengan foto orang yang kamu rindukan, maka kamu akan melihat orang tersebut dalam mimpimu. Tapi ibu, mengapa engkau tak pernah muncul? Setelah membaca surat itu, tangisku tidak bisa berhenti karena aku tidak pernah bisa menggantikan kesenjangan yang tak dapat digantikan semenjak ditinggalkan oleh istriku …. Untuk para suami, yang telah dianugerahi seorang istri yang baik dan untuk para istri, yang telah dianugerahi seorang suami yang baik, selalu berterima-kasihlah setiap hari pada pasanganmu . Dia telah rela menghabiskan sisa umurnya untuk menemani hidupmu, membantumu, mendukungmu, memanjakanmu, membimbingmu dan selalu setia menunggumu, menjaga dan menyayangi dirimu dan anak-anakmu. Hargailah keberadaannya, kasihilah dan cintailah dia sepanjang hidupmu dengan segala kekurangan dan kelebihannya, karena apabila engkau telah kehilangan dia, tidak ada emas permata, intan berlian yg bisa menggantikan posisinya…..