Tanya Tanpa Jawab


Dirumah
Anak bertanya
Orang tua menjawab
Orang tua bertanya
Anak menjawab
Setiap tanya ada jawab

Disekolah
Murid bertanya
Guru menjawab
Guru bertanya
Murid menjawab
Setiap tanya ada jawab

Di pesantren
Santri bertanya
Ustad menjawab
Ustad bertanya
Santri menjawab
Setiap tanya ada jawab

Dinegeri ini
Rakyat bertanya
Siapa yang menjawab?
Sudah banyak tanya
Apakah ada jawab?

Hahahaaaai
Yang harus bertanyapun
Seperti tak butuh jawab
Lembaga penanyapun
Sudah seperti lembaga penjawab
Entah siapa yang harus bertanya
atau siapa yang harus menjawab

Ah sudahlah
Tak usah bertanya
Tak perlu mengharap jawab
Karena ini negeri tanya tanpa jawab…

Selamat sore..
image

Zuhdi Darma

Sementara saya bertanya menunggu sampai jam berapa ?, si Junior asik ditengah lapangan menendang bola tak bisa menjawab..

FREKUENSI DAN RESONANSI


Hampir setiap manusia dewasa mungkin tidak ada yang tidak mengenal Gitar. Suatu benda yang begitu familiar sekali dengan manusia. Setiap orang dewasa paling tidak pernah melihat gitar walaupun tidak pernah memainkannya.

Sedangkan buat yang pernah memegang gitar, memainkannya suatu hal yang sangat mengasikkan sekali. Melalui petikan petikan pada senar senarnya akan dihasilkan suara yang merdu sekali, kadang nadanya gembira terkadang nada duka yang menyayat hati. Tapi pernahkah kita memikirkan kenapa gitar (gitar kalsik ) bisa menghasilkan suara yang begitu indah? saya rasa tidak semua memikirkannya, kita hanya asyik memainkannya tanpa menyadari ada suatu peristiwa yang syarat makna sehingga suara indah dan merdu bisa dihasilkan sebuah gitar.

Gitar akustik adalah jenis gitar di mana suara yang dihasilkan berasal dari getaran senar gitar yang dialirkan melalui sadel dan jembatan tempat pengikat senar ke dalam ruang suara. Suara di dalam ruang suara ini akan beresonansi terhadap kayu badan gitar. Kenapa bisa terjadi resonansi ? karena frekuensi alamiah udara dalam tabung gitar sama dengan frekuensi getaran suara yang dihasilkan oleh senar gitar.

Anda mungkin dapat melakukan penyelidikan sederhana, begini caranya; Anda ambil gitar, kemudian anda petik senar yang paling bawah. Setelah anda petik senar yang paling bawah langsung anda raba senar kedua apakah bergetar atau tidak? Saya mencobanya tidak bergetar. Kemudian percobaan yang sama anda ulangi lagi, anda petik senar paling bawah kemudian anda raba senar kedua, tetapi sekarang senar kedua anda tekan pada kolom kelima. Apa yang anda rasakan dengan meraba semar kedua setelah senar pertama dipetik? ternyata senar tersebut bergetar. Kenapa bergetar? karena nadanya sama, tinggi nadanya sama ? frekuensinya sama, sehingga ketika ketika senar pertama bergetar karena dipetik, senar kedua yang ditekan pada kolom ke 5 ikut beresonansi.

Kita harus ingat lagi pelajaran mengenai resonansi di SMP atau SMA.Getaran yang dihasilkan gelombang bunyi dapat menimbulkan getaran pada benda lain. Peristiwa dimana ikut bergetarnya suatu benda karena benda lain bergetar yang memiliki frekuensi sama dengan frekuensi alamiah benda tersebut. Frekuensi dari benda yang ikut bergetarlah yang disebut frekuensi alamiah. Kedua benda yang beresonansi akan memiliki frekuensi yang sama atau frekuensi benda yang satu merupakan kelipatan frekuensi benda yang lain. Dalam peristiwa ini, amplitudo dari gelombang bunyi benda tersebut besar.

image

Kembali kepada kekinian, beberapa hari belakangan umat Islam tersentak dan tersadar setelah senar harga dirinya “Alquran” dipetik dengan keras dan dengan cara yang tidak seharusnya. Sehingga getaran petikan yang terjadi dikepulauan seribu merambat ke segala penjuru negeri, membuat getaran getaran resonansi pada orang orang yang satu frekuensi. Dan setelah Jumat kemaren di Jakarta dan Medan, Jumat ini getaran getaran resonansi ini bergema lagi di Surabaya, Malang Bandung. Saya berharap bunyi bunyi yang keluar dari getaran resonansi ini bisa di jadikan nada nada yang menyejukkan jangan disetop dengan menghentikan suara menggunakan peredam yang tidak dikehendaki yang tentunya akan membuat suara berhenti tiba tiba dan alunan lagu terputus tanpa makna.

image

Sekarang dimana posisi kita?? Apakah kita orang orang yang ikut tergetar dan beresonansi ? kalau ya…berarti kita dalam irama dan nada yang sama, sedangkan kalau tidak tergetar dan tidak beresonansi anda dan saya tentu ada pada frekuensi yang berbeda…

Selamat Sore……..

DEMENSIA DAN DEMENSIA USIA MUDA


Mudah lupa memang bukan hal menyenangkan. Faktanya, kepikunan atau demensia berpotensi menyerang penduduk dunia. Badan Alzheimer Dunia mencatat, satu penderita demensia muncul setiap empat detik. Mayoritas penderita adalah lansia usia 65 tahun ke atas. Namun, penderita demensia muda pun mulai bermunculan. Yuk, kenali demensia!
image

MENURUT Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), demensia adalah sindrom klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan memori sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Gejala tersebut juga bisa menyerang usia muda (young onset dementia) dan usia produktif (working onset dementia). Namun, keduanya punya pemicu alias trigger yang berbeda.

Dokter Koemalawati Widjaja SpS menjelaskan, pada lansia, gejala penurunan memori merupakan hal yang wajar. ’’Fungsi organ tubuh turun, termasuk otak. Namun, pikun juga bisa dipicu penyakit lain,’’ ungkap spesialis saraf di RS Husada Utama itu. Penyakit tersebut, antara lain, hipertensi, kencing manis, serangan stroke berulang, dan kadar kolesterol dalam darah yang tinggi.

Pada kasus normal, kepikunan terjadi karena jalinan saraf penghubung dalam otak mulai renggang. Akibatnya, akses memori ke bagian tertentu terputus. Berdasar penelitian Institut Neuroimunologi Akademi Sains Slovakia, yang umumnya diserang adalah bagian otak yang mengatur kemampuan bahasa, motorik, dan emosi.

Menurut Koemala, ada beberapa gejala demensia pada lansia yang bisa diamati. Misalnya, emosi yang tidak stabil dan tidak mampu mengambil keputusan. Jika menyerang bagian linguistik, penderita demensia biasanya tidak mampu menyebut nama benda. Contohnya, menyebut dasi sebagai benda yang melingkari leher.

Dia juga memaparkan, dengan meningkatnya harapan hidup orang Indonesia, jumlah penderita kepikunan diperkirakan berlipat ganda. ’’Rata-rata harapan hidup sekarang naik sampai 65 tahun. Kalau pelayanan medis dan sosial untuk lansia nggak baik, penderita pikun pun naik,’’ tegas Koemala.

Sementara itu, pada usia di bawah 65 tahun, kepikunan banyak dipicu pola hidup modern. Serbacepat, serbasibuk, serta pola makan yang tidak sehat dan berimbang dituding sebagai pemicu demensia. ’’Terlebih yang tinggal di kawasan sibuk, seperti kota besar. Mereka rawan mengalami stres,’’ ungkap Achmad Iwan Tantomi, peneliti asal Universitas Islam Malang.

Dalam penelitiannya bersama Abdurrachman Omar B. dan Andri Sagita, dia menyimpulkan, kemacetan dan kesibukan padat bisa membebani kerja otak. Sebagian besar responden penelitiannya mengalami kesulitan fokus dan konsentrasi. Menurut Iwan, hal itu membuat sinyal perintah di otak tidak keruan.

Risiko demensia mulai bisa dicermati memasuki usia 30-an tahun. Berdasar penelitian yang melibatkan 250 responden tersebut, pikun mulai menyerang mereka di kelompok usia 36–45 tahun. Penyebabnya, tingginya kesibukan kerja dan aktivitas harian. Keduanya tidak diimbangi istirahat dan kegiatan refreshing yang cukup.

’’Selain itu, konsumsi junk food, makanan berlemak, dan gula bisa menyebabkan gangguan di otak,’’ ungkap Iwan. Bukan hanya risiko obesitas atau gangguan metabolisme, keduanya mampu meningkatkan protein amyloid beta. Dalam jangka panjang, zat tersebut menumpuk dan mengganggu sel saraf otak. Akibatnya, muncul gejala kebingungan dan mudah lupa.

Agar tidak makin parah, penderita demensia wajib melakukan konsultasi dengan tim dokter. Indikasinya, menurut Koemala, muncul gejala mudah lupa, emosi berubah-ubah, dan ketidakmampuan mengerjakan aktivitas rutin. ’’Bisa ditangani jika masih dalam tahap awal. Pengobatan bertujuan untuk memperingan demensia dan kestabilan kondisi pasien,’’ imbuhnya.

Jika dibiarkan, demensia bisa mengancam kondisi psikologi penderitanya. Tingkat keparahan dilihat dari mental state penderita. Mulai disorientasi tempat, waktu, sampai cacat mental. Walau tidak mematikan atau mengancam nyawa, kepikunan bisa mengurangi kualitas hidup penderitanya. (fam/c6/dos)

Sumber..Jawa Pos