๐Ÿฏ๐—  ๐—•๐—จ๐—ž๐—”๐—ก ๐—–๐—˜๐—ฅ๐—œ๐—ง๐—” ๐—ฃ๐—”๐—ก๐——๐—˜๐— ๐—œ ๐— ๐˜‚๐—ฟ๐—ฎ๐—น, ๐— ๐˜‚๐—ฟ๐—ฎ๐—ถ ๐—ฑ๐—ฎ๐—ป ๐— ๐˜‚๐—ฟ๐˜‚๐˜€


.

Mural adalah suatu bentuk seni lukisan dengan memanfaatkan media dinding untuk menyampaikan pesan pesan tertentu, sedikit berbeda dengan Grafiti, grafiti biasanya berupa tulisan atau kata kata. Tetapi sekarang cenderung disebut Mural saja, seni lukis digabung dengan kata kata.

Mural menjadi pesakitan beberapa waktu belakangan ini. Beberapa mural yang muncul beberapa hari kemudian menjadi hilang, ditimpa oleh cat, atau kata kata yang ditulis di Mural menjadi hilang.

Kenapa begitu ya?
Saya merasa sekarang ini seharusnya kita tidak perlu terlalu baperan, sehingga hal hal yang sebenarnya menjadi kritik sosial dipandang sebagai sesuatu yang menghina. Padahal kalau kita lihat semenjak dahulu justru memanfaatkan didinding sudah menjadi cara yang sangat efektif sekali menyampaikan pesan.

Hampir semua kita, dibuku buku sejarah dan di film dokumenter sejarah pernah melihat Mural mural perjuangan, gambar para pejuang Indonesia disertai kata kata Merdeka atau Mati!! Go to hell Nica!! dan berbagai pesan lainnyaโ€ฆaman aman saja. Begitu juga dibeberapa periode selanjutnya.

Beberapa waktu lalu saya melihat ada titik cerah, ketika DPR mengadakan lomba Stand Up comedy Kritik DPR. Sumpah!!! saya sangat senang melihat ini. Peserta berebut mengkritik DPR habis habisan, saya sebagai penikmat bukannya menjadi benci dengan DPR dengan kritik mereka ini, tetapi malah mengapresiasi DPR yang membuka diri untuk kritikan

Sehubungan dengan mural, sebenarnya saya juga berharap pemerintah bersikap seperti DPR. Apalagi momentumnya adalah pada bulan Agustus, bulan kemerdekaan. Seharusnya pemerintah membuka selebar lebarnya pintu kritik , berikan kemerdekaan, tapi kemerdekaan yang bertanggung jawab. Kalau perlu, pemerintah adakan lomba Mural kritik pemerintah, saya yakin pesertanya akan banyak, dan saya yakin justru apresiasi kepada pemerintah akan bertambah dengan langkah ini.

Kalau Mural dalam bentuk lukisan, maka ada lagi bentuk kritikan yang disampaikan dengan kata kata, yang disampaikan pada berbagai media, baik media mainstream maupun media sosial seperti WA, FB, Twetter. Cuma terkadang pihak tertentu melihatnya hanya sebagai nyinyiran, dan menganggap yang menyampaikann hanya sebagai pasukan sakit hati.

Kalau diibaratkan pencuit ini bisa diibaratkan seperti burung Murai, yang setiap hari berkicau. Kalau didengarkan dengan hati yang tenang, atau orang yang jiwanya tenang, maka kicauan burung ini mengandung nada nada indah, alami, natural. Tetapi buat orang orang yang telinganya sakit mungkin kicauan ini bisa seperti jarum yang menusuk nusuk gendang telinganya, sehingga Murai pun akan bisa menjadi pesakitan.

Salahkah menjadi pembuat Mural atau menjadi Murai yang sering berkicau.?

Tak ada yang salah, selagi Mural yang dibuat oleh pembuat Mural mentaati batas batas norma, etika, hukum tidak fitnah. Bagi mata yang menikmati Mural juga janganlah terlalu iritatif dengan pesan pesan yang dibawa, nikmati sebagai sebuah karya seni dan ajang kritik yang sehat.

Sedangkan buat Murai yang senang berkicau, maka berkicaulah dengan nada nada yang indah, jangan dengan nada nada yang fals ( ada nggak ya suara Murai yang Fals ๐Ÿ˜€ ). Dan ingat juga buat penikmat suara Murai, jangan terlena dengan suara indah murai, yang ternyata Murai aduan dalam sangkar, yang digadang gadang tuannya untuk mendapatkan Cuan dari suara merdunya.

Jadiโ€ฆ?

Buat yang menjadi sasaran Mural dan kicauan, berlapang dadalah, kritik mulai dari yang paling lembut sampai yang paling keras sangat dibutuhkan, sebab dunia tanpa kritikan hanya akan melahirkan tiran.

Buat pembuat Mural dan pencuit, atau penikmat Mural dan penikmat cuitan atau kicauan pintar pintarlah jangan asal gambar atau asal tulis dan jangan asal apresiasi sehingga menimbulkan masalah, kalau sudah timbul masalah bisa bisa anda Mencret atau Murus dibuatnya.

Ingat, niat baik untuk mengkritik jangan sampai malah berbuah kritikโ€ฆ.be smart.

Jangan sampai
Karena Mural setitik rusak dinding seluruhnya.

Merdeka!!!