𝗡𝗔𝗡 𝗧𝗔𝗕𝗔𝗢 𝗗𝗘𝗞 𝗔𝗡𝗚𝗢𝗞


Tak ada yang bisa memungkiri bahwa orang Minang ( tentu tidak semua ) dari dulu diberi semacam predikat “pandai bersilat lidah”. Ini dibuktikan dengan banyaknya orang Minang menjadi tokoh tokoh pergerakan kebangsaan yang berjuang melalui kata katanya, tulisannya, menjadi juru runding, memimpin organisasi, menjadi jurnalis…pokoknya yang berhubungan dengan kata kata dan mengolah kata kata. Sampai sekarangpun masih banyak menurut pengamatan saya.

Memang begitulah keahlian alamiah orang minang sepanjang yang saya amati. Kenapa bisa begitu??. Karena banyak kearifan kearifan lokal yang hidup dalam masyarakat Minangkabau yang bermanifestasi dalam bentuk adagium adagium atau petatah petitih adat, yang menghendaki orang Minangkabau menjadi orang yang pandai memanfaatkan kata katanya, tetapi dengan menjaga norma norma dalam berbahasa.

Untuk dapat berkata kata dengan baik dan benar tentu harus mempunyai cukup ilmu dalam bidang yang akan dibicarakannya jangan sampai pengetahuan tidak cukup berfikir sebelum bicarapun tidak..”bapikia kapalang aka, baulemu kapalang paham”
Karena ilmu yang kurang, “raso pareso” tidak ada, pembicaraan yang keluar terkesan angkuh dan tidak memikirkan dampak atas kata kata yang dikeluarkan…” baguno lidah tak batulang, kato gadang timbangan kurang”.

Dalam percakapan sehari hari kata kata yang dikeluarkan tanpa memikirkan dampaknya akan di cimooh oleh orang Minang…” Paja tu mangecek a nan tabaok dek angok se mah” ( dia berbicara apa yang keluar bersama nafasnya saja ). Artinya kata yang keluar dari mulutnya, keluar tanpa dipikirkan, seperti bernafas, kan tak perlu mikir sama sekali☺.

Nah….sekarang kawan kawan saya, kalau mau bicara mikir dulu ya….jangan bicara “A NAN TABAOK DEK ANGOK” saja…

Selamat Sore
Ed Zuhdi Darma
Yang harus masih banyak belajar menjaga kata.

Tinggalkan komentar